PEKANBARU - Walikota Pekanbaru Dr. H. Firdaus, S.T, M.T
menyampaikan pemaparan rencana aksi Pemerintah Kota (Pemko) Pekanbaru
dalam pemulihan ekonomi nasional melalui sektor pertanian dan
pengendalian inflasi daerah, Rabu (10/2) di Lantai VI Gedung Utama
Komplek Perkantoran Tenayan Raya.
Salah
satu sebab masalah harga kebutuhan pokok mahal di Pekanbaru, menurut
Walikota, kurangnya inovasi dalam sektor pertanian, ia mencontohkan
salah satu bahan pokok yakni beras.
"Beras
yang masuk ke Pekanbaru adalah produksi dari beberapa provinsi
tetangga. Sementera di Riau banyak produksi gabah. Namun kita kurang
inovatif untuk mengolah gabah dan lemah dalam pemasarannya. Hal ini
menimbulkan kos yang besar," kata Walikota.
Untuk
itu, Dr. H. Firdaus,S.T, M.T meminta OPD terkait bersama PT. Sarana Pangan
Madani (SPM) dan Kelompok Tani untuk bekerjasama memutus rantai kos
panjang sektor pertanian tersebut.
"Gabah
diproduksi di Riau, namun provinsi tetangga lebih inovatif dalam
mengolah gabah dari Riau. Kita harus putus rantai kos panjang tersebut.
Sehingga harga beras di Pekanbaru bisa lebih terjangkau," kata Walikota.
Sejauh ini, kata
Walikota, PT. SPM sudah melakukan langkah untuk meminimalisir harga cost
yang mahal dalam produksi beras. Dengan melakukan kontrak farming
bersama Usaha Pelayanan Jasa Alat & Mesin Pertanian (UPJA) Bina
Karya Kecamatan Bunga Raya, di Desa Japura, Kabupaten Siak.
"Alhamdulillah
sudah panen, semoga semakin berkembang dan juga mensejahterakan petani
lokal. Kami juga berharap Kelompok Tani Pekanbaru juga lebih inovatif,"
ujar Walikota.
Walikota berharap, para petani di Pekanbaru harus menjadi enterpreneur.
Selain bisa memproduksi, juga inovatif dalam memasarkannya.
Dengan
demikian, pemulihan ekonomi dalam sektor pertanian bisa diwujudkan.
Karena sektor tani, bisa berkembang walau dalam masa pandemi covid-19.
"Kita
tahu pangan adalah kebutuhan pokok manusia. Dalam situasi apapun sektor
ini tentu jadi harapan untuk pemulihan ekonomi," pungkasnya.
(Kominfo7/RD1)