PEKANBARU
- Angka stunting di Kota Pekanbaru turun drastis. Data Dinas Kesehatan
(Dinkes), tahun ini ada 318 Anak di Bawah Lima Tahun atau balita alami
kondisi stunting. Jumlah itu jauh menurun dari tahun lalu yang mencapai
869 balita.
Stunting
adalah masalah kurang gizi kronis yang disebabkan oleh kurangnya asupan
gizi dalam waktu yang cukup lama, sehingga mengakibatkan gangguan
pertumbuhan pada anak yakni tinggi badan anak lebih rendah atau pendek
(kerdil) dari standar usianya.
"Tahun
2021, 318 balita stunting atau 7,9 persen dari total balita yang ada.
Tahun 2020, 869 balita," kata Kepala Dinas Kesehatan Kota Pekanbaru dr
Zaini Rizaldy Saragih, Selasa (14/12).
Sebelumnya,
mengurangi angka stunting ini, Disdalduk KB membentuk Satuan tugas atau
Satgas peduli stunting. "Satuan Tugas Peduli Stunting ini digerakkan
oleh remaja," kata Kepala Disdalduk KB Kota Pekanbaru Muhammad Amin.
Saat
ini sudah terbentuk sebanyak 12 Satgas stunting di 12 Kampung Keluarga
Berkualitas (KB) yang tersebar di 12 kecamatan. Ada berbagai kegiatan
yang dilakukan oleh Satgas stunting seperti memberikan pembinaan
terhadap calon pengantin dan menyampaikan pesan kepada ibu hamil agar
menjaga asupan gizi selama masa kehamilan.
"Ibu
hamil itu mereka kunjungi dan diajak rutin memeriksa kehamilan dan
imunisasi. Kalau itu dilakukan, Insyaallah stunting bisa kita atasi,"
kata Amin.
Lanjutnya,
setelah ibu hamil bersangkutan melahirkan, Satgas stunting akan
memberikan pendampingan hingga anak/bayi berusia dua tahun ke bawah atau
Baduta. Jadi, sejak 0 tahun, itu sudah menjadi perhatian.
"Untuk
itu, Satgas stunting ini harus memiliki data tentang berapa ibu hamil,
yang baru melahirkan, karena itu akan menjadi tolak ukur dalam
pelaksanaan kegiatan di lapangan," kata Amin.
(Kominfo3/RD1)